Rabu, 05 Agustus 2009

Kesabaran tergantung apa yang kita mengerti

Malam ini saya pulang bersama istri seperti biasa melewati jalan tol, setelah lepas tol dalam kota, aku melaju dengan kecepatan yang diperbolehkan.

Anehnya pada kilometer sekitar 7 dari Jakarta, aku mendapati sebuah mobil SUV lokal warna hijau sedang melaju dengan kecepatan dibawah standard, tapi sayangnya pada lajur paling kanan. Aku coba memberi kode untuk bisa melaju lebih cepat, 70 km per jam terasa sangat lambat untuk lajur paling kanan. Aku melihat beberapa mobil sudah masuk menyalip dari sisi kiri, lebih dari 5 mobil menyalip dari sisi kiri, saya jadi ikutan gemes, ada apa yang membuat orang ini begitu santai, sehingga tidak membiarkan orang lain melewati jalan itu sementara dia sendiri asyik dengan dunianya sendiri, $tapi tidak mau minggir, yang karena malam hari cukup susah untuk bisa melihat apa yang sebetulnya dilakukan.

Maka aku putuskan masuk ke lajur sebelah kirinya biar lancar, saat yang sama sebuah Bus juga masuk ke lajur ketiga ini dari lajur 2, kami berjalan lebih cepat. Setelah beberapa lama terjadi kemacetan yang akhirnya berjalannya waktu aku disusul kembali oleh SUV aneh dari lajur paling kanan yang lambat itu.

Yang saya susah memahami, entah kenapa aku merasa tidak sedih harus jalan pelan karena melihat bahwa jalan depan bus depan saya macet, dan sangat berbeda dengan perasan ketika saya mengemudi dibelakang SUV hijau tadi, yang sebetulnya ada kesempatan tetapi dipaksa jalan lebih lambat hanya karena depan kita berjalan dibawah standard.

Aku baru mengerti bahwa ternyata kesabaran kita bisa berubah menjadi lebih kuat, kalau kita memahami situasi dengan lebih baik kenapa kesabaran itu harus dikeluarkan yang memang kita mengerti kenapa itu mesti dilakukan

salam,
Robby

Tidak ada komentar:

Posting Komentar